Search

Curug Teluh, Eksotisme Yang Tersembunyi

Waru, apa yang kalian ketahui tentang desa Waru? kalian pasti berpikir Waru itu sama dengan kebanyakan desa lainnya, persepsi saya juga sama pas mendengar Desa Waru, lalu ada seseorang yang nyeletukdi waru juga ada tempat yang indah, sebuah air terjun!" hahh,, air terjun? iya air terjun, orang sunda biasa menyebutnya Curug, mendengar kata air terjun sayapun tertantang untuk menjelajahinya, sekaligus untuk membuktikan kalau persepsi saya itu salah. Setelah beberapa hari tanya sana-sini dan mendapatkan cukup informasi, kamipun sepakat untuk melakukan perjalanan ini di hari minggu.
Minggu pagipun datang, ahh, minggu yang cerah untuk jiwa-jiwa yang sepi, segera kamipun berkemas, cek anggota dan perbekalan, dirasa semuanya sudah lengkap, berangkatlah kami menuju dermaga tua Desa Pangebatan, tak lupa sejenak untuk menikmati kopi sebelum berangkat.

"pertigaan desa pangebatan,ambil kiri bila kalian dari arah Kota Bumiayu"

"kanan untuk menuju desa waru, arah kiri menuju Dukuh Parasi- Bisole, dimana lokasi curug citongo dan curug bangkelung berada"


Setelah melewati Desa Pangebatan, suasana mulai berubah, lebih adem dan sejuk, karena sepanjang perjalanan pohon pinus yang akan mendominasinya,  dengan kondisi jalan yang baik, meski ada beberapa titik jalan yang rusak, melesaklah kami berkendara memebelah hutan.
Desa waru sendiri berada di ketinggian sekitar 1000 mdpl, jadi maklum kalau jalanannya nanjak dan berkelok. Tidak sampai 20 menit kami sudah disuguhkan pemandangan alam yang memanjakan mata dan menyegarkan pikiran, kamipun memutuskan untuk berhenti sejenak, sayang kalau pemandangan indah terlewat begitu saja, Dari sini kami bisa melihat kecamatan bantarkawung dengan lebih leluasa, dan Gunung Slamet yang berdiri dengan gagahnya, sayang awan sedang turun, jadi kamipun tidak bisa melihat puncaknya, maybe lain waktu lebih beruntung.

"penampakan Gunung Slamet yang tertutup awan"

Setelah puas bermanja ria dengan alam penyanyi mbah dukun, hehe dan mengambil beberapa gambar, kami bergegas melanjutkan perjalanan. tidak sampai 30 menit, sampailah kami di Desa Waru, Disana kami mampir kesebuah warung untuk melengkapi kebutuhan hidup di perjalanan, kami juga sempat berbincang-bincang dengan salah satu warga. Setelah ngobrol ngalor-ngidul akhirnya kami mengetahui kalau curug yang kami tuju namanya Curug Teluh, nama yang seram untuk sebuah tempat, ahh,, lagian itu hanya sebuah nama, semoga tak seseram dan semistis namanya, sayang waktu kami menanyakan asal-usul Curug Teluh, banyak warganya yang kurang tau sejarahnya.
Hari semakin siang, wajahpun semakin kucel, segera kamipun melanjutkan perjalanan, takutnya turun hujan, wahh,, bisa bahaya, karena di rombongan kami ada dedek-dedek kecil yang memaksa ikut. kamipun meminta ijin untuk ke lokasi sekaligus minta petunjuk akses, oya, untuk masuk kelokasi curug dan tempat parkir, tidak dikenakan biaya sepeserpun, masih free alias gretong #haha, karena lokasinya belum ada yang mengelolanya, sangat disayangkan.

Bergegaslah kaki melangkah, perjalanan akan sedikit melelahkan, tentuya juga akan lebih menyenangkan, karena dari sini kami harus jalan kaki, dan lokasinya masih jauh di depan mata. Dilanjut dengan melewati anak sungai yang sedikit airnya, lalu melewati persawahan, ini repotnya kalua bawa dedek-dedek kecil, di jalan  mereka selalu   megeluh, setelah di beri arahan didaktik dan guidance tentang perjalanan alam, akhirnya  si dedekpun  mengerti. Dirasa tak ada lagi masalah, kamipun mulai menyusuri sawah, meski beberapa kali salah jalan dan beberapa kali terjatuh, karena kontur tanah sedang basah, akhirnya kami sampai juga di lokasi curug kandang sapi, seperti yang sudah di beritahu warga tadi, di samping kanan ada jalan setapak, kamipun menyusurinya.


"penampakan kandang sapi dan jalan setapak"


"rombongan"

Batu Pandang

Lelah berjalan menapaki tanah becek, sampailah kami di sebuah lokasi yang unik dan indah, Bukit Pandang namanya, lagi-lagi pemandangan ini memaksa raga untuk sejenak berhenti, ucap syukur atas keindahan ciptaan-Nya, "terimakasih Tuhan sudah menciptakan bumi Bantarkawung yang indah ini", Sejauh mata memandang hutan dan jajaran sawah yang terlihat rapi dari atas, di sini kami bisa lebih leluasa lagi menikmati alam dan Gunung Slamet yang berdiri di depan mata, namun sayang awan menyelimutinya tak kunjung hilang dari pandangan. Melihat tempat seindah ini tak kami sia-siakan begitu saja, kamerapun keluar dari persemayamannya, mengambil gambar ke segala penjuru arah, tak lupa kamipun berpose ria dengan beragam gaya, bak model yang sedang menjalani sesi pemotretan #haha. Keasikan berfoto,  hujanpun turun lalu pulang hampir saja kami lupa dengan curugnya, padahal perjalanan masih jauh.

"view dari batu pandang, tempat yang dulunya hutan rimbun, kini mulai di tebangi dan beralih fungsi, hmm, mau bagaimana lagi, ini otoritas mereka, asal jangan  otoriter terhadap alam, semoga deforestasi tidak merambah kepada keserakahan"

Perjalanan setapakpun kami lanjutkan, kali ini kami harus menuruni tanah becek yang menjadi licin dan curam dengan kemiringan 45°, lama menapaki turunan, sampailah kami di sungai, dan ternyata perjalanan belum berakhir, kami masih harus menyusuri sungai ke arah hulu untuk sampai ke curug. Dari sini kami sudah bisa mendengar suara berisik riak air yang jatuh, pertanda curug sudah dekat.

"jika ingin mendapatkan banyak inspirasi, jelajahlah alam, buang jauh jauh skeptismu. Coba bayangkan berada di alam dengan udara segar, pepohonan hijau, wangi tumbuhan dan gemercik air yang mengalir, memberikan ketenangan yang hakiki. "



"penampakan batu dan semak di sungai"

Setelah lelah menyusuri sungai, menapaki batu-batu licin dan tajam, menembus lebatnya semak belukar, juga bambu-bambu tumbang yang menghadang, akhirnya perjalanan kamipun mencapai klimaksnya, tampaklah Curug Teluh di depan mata, perjuanganpun membuahkan hasil, kami tak menyangka kalau Desa Waru punya tempat seindah ini, Curug dengan ketinggian 55-60 meter, dengan kedalaman kolamnya mencapai satu meter, masih sangat alami, terbukti dengan tidak adanya sampah, takjub kami di buatnya. Tidak sia-sia kami menjelajahnya.
Langsung saja kami semua mandi, euporia dan menyatu dengan curug, dinginnya air yang jatuh menerpa muka, memberikan kesegaran kepada tubuh, rasa capek dan lelahpun sirna seketika, tergantikan dengan energi baru. melihat dedek-dedek bersuka ria, hati ini juga ikut senang " semoga kelak kalian menjadi jiwa-jiwa yang kompeten menjaga dan merawat alam".#hehe, maunya. 


"Berada di tengah alam seperti ini, kami seperti jiwa-jiwa tanpa raga yang mencari tuannya"


Puas bermain-main dan berorientasi dengan curug, tak terasa haripun semakin sore, setelah semua tenaga terkumpul, kamipun siap melangkah menghadapi jalan pulang.


"Curug Teluh"

"Curug Teluh"

*ep: Curug teluh memiliki dua pancuran yang bersebelahan dengan ketinggian yang hampir sama, sayang waktu kami kesana debit airnya sedang kecil, jadi yang satunya sedikit mengering, Curug teluh juga masih satu aliran dengan Curug Citongo, cukup 2-3 jam jika kalian ingin menyusuri keduanya..

*Tempat yang indah juga harus di imbangi dengan attitude baik pengunjungnya, jangan vandalis dan buang sampah di lokasi curug, selalu bawa kembali sampah yang kalian bawa, supaya tempat itu tetap bersih dan terjaga kealamiannya, biar kelak anak cucu kita masih bisa menikmati keindahannya.

**Sekian dan terimakasih, mohon maaf apabila ada kesalahan nama dan tempat dalam menulis**
See you again on your next trip.

5 Responses to "Curug Teluh, Eksotisme Yang Tersembunyi"